Powered By Blogger

Selasa, 06 Maret 2012

Formulasi Penentuan Debit Aliran Air pada Sistem Plambing Air Bersih dengan Menggunakan Metode Curve Fitting Non Linier ( PKM AI 2012 )


Formulasi Penentuan Debit Aliran Air pada Sistem Plambing Air Bersih dengan Menggunakan Metode Curve Fitting Non Linier

Novi Andriani*, FajarIbni Hafiz, SabarSupendi
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pasundan
Jl. Dr. Setiabudhi 193 Bandung 40153

Abstrak : SistemPlambingmerupakanbagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Namun dalam proses perencanaan dan perancangan dari peralatan plambing ini masih saja terjadi kesalahan yang dapat membahayakan jiwa manusia. Kesalahan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam menentukan ukuran pipa yang disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi pada saat menentukan debit aliran dengan menggunakan kurva yang menunjukan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan debit aliran air. Sehingga perlu dibuat sebuah formulasi yang dapat digunakan untuk menentukan debit aliran air secara seragam dan dengan hasil yang akurat. Metode yang dapat digunakan dalam mencari formulasi ini adalah dengan menggunakan Metode curve fitting non linier. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh formulasi yang dapat digunakan dalam menentukan debit aliran pada sistem plambing air bersih yaitu f3(x) = 20 + 1.15385 (x-5) - 0.00099 (x-5) (x-200) + 0.00000103 (x-5) (x- 200)  (x- 500) yang digunakan untuk menentukan debit aliran air pada tangki gelontor, sedangkan f3(x) = 77+1.36410 (x-5) - 0.00143 (x-5) (x-200) + 0.00000123 (x-5) (x- 20) (x- 500) yang digunakan untuk menentukan debit aliran air pada katup gelontor. Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa formulasi ini dapat digunakan untuk menentukan debit aliran air pada system plambing air bersih.

Kata Kunci : SistemPlambing, Debit Aliran Air, Curve Fitting Non Linier.

Abstrac : Plumbing system is an inseparable part of the building. But in the process of planning and design of plumbing instrument is still an error that could endanger human life. Frequent mistakes are errors in determining the size of the pipe caused by differing assumptions when determining the flow rate by using a curve showing the relationship between the number of plumbing equipment with a unit weight of water flow. So it needs to be a formulation that can be used to determine the water flow in a uniform and accurate results. The method can be used in a search for this formulation is to use non-linear curve fitting method. Based on the obtained data processing formulations that can be used in determining the flow of water in a plumbing system that is f3(x) =20+1.15385   (x-5) -0.00099(x-5) (x-200) +0.00000103(x-5 ) (x-200) (x-500) is used to determine the flow of water in flush tank, while f3(x) =77+1.36410(x-5) -0.00143(x-5) (x-200) +0.00000123(x-5) (x-20) (x-500) is used to determine water flow rates the flush valve. Based on the analysisit can be concluded that this formulation can be used to determine the water flow in water plumbing systems.
Key words  :Plumbing system, water flow, Non-Linear CurveFitting.


1.    PENDAHULUAN

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut seperti pendingin udara, listrik, dan lain-lain.
Fungsi peralatan plambing adalah pertama, untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, dan kedua, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Fungsi pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih, dan yang kedua oleh sistem pembuangan.
Meskipun sistem plambing adalah sarana yang sangat penting dan dikenal banyak orang, masih saja terjadi kesalahan dalam perancangan, pemasangan, atau perawatan dari peralatan plambing yang dapat membahayakan jiwa manusia. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam penentuan ukuran pipa yang disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi pada saat menentukan debit aliran air dengan menggunakan kurva yang menunjukan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan debit aliran air. Sehingga perlu dibuat sebuah formulasi yang dapat digunakan untuk menentukan debit aliran air secara seragam dan dengan hasil yang akurat sehingga tidak terjadi perbedaan dalam penentuan ukuran pipa. Formulasi ini belum pernah dilakukan dalam proses perancangan sistem plambing air bersih.

2.    METODE

2.1. Pengumpulan Data
Penentuan titik-titik data untuk keperluan formulasi grafik yang dilakukan dengan cara menerima masukan dari 5 responden yang telah ditentukan sebelumnya . Tiap nilai akan diratakan untuk perhitungan formulasi selanjutnya. Nilai yang diperoleh merupakan data yang kemudian digunakan dalam proses formulasi.


2.2. Proses Formulasi
FormulasiinidilakukandenganMetode Curve Fitting Interpolasi non linier.Curve Fitting adalah dengan mencari suatu persamaan yang dapat mewakili sebaran data dan dengan mencari sebuah kurva atau sederetan kurva dengan persamaan-persamaannya yang tepat melintasi titik data.
Bila data diketahui mempunyai ketelitian yang sangat tinggi, maka kurva fungsi yang cocokannya dibuat melalui setiap titik, persis sama kalau kurva fungsi yang sebenarnya dirajah melalui tiap titik itu. Kita katakan disini bahwa kita menginterpolasi titik-titik data dengan sebuah fungsi. Bila fungsi cocokan yang digunakan berbentuk polinom, polinom tersebut dinamakan polinom interpolasi. Pekerjaan dengan sebuah polinom disebut interpolasi (dengan) polinom.
Interpolasi memainkan peranan yang sangat penting dalam metode numerik. Fungsi yang tampak rumit menjadi lebih sederhana bila dinyatakan dengan polinom interpolasi. Sebagian besar metode integrasi numerik, metode persamaan diferensial biasa, dan metode turunan numerik didasarkan pada polinom interpolasi.(Munir,2003)


Gambar 2.1 Contoh Kurva Interpolasi

Contoh-contoh interpolasi polinomial adalah
a.       Orde pertama yang menghubungkan dua titik
b.      Orde kedua yang menghubungkan tiga titik
c.       Orde ketiga yang menghubungkan empat titik

Formula umum untuk polinomial adalah

F(x) = ao + a1+ a2x2 +….. + anxn                                                                                             (1)

Interpolasi Linier
ü  Menghubungkan dua titik data dengan garis lurus
ü  Prinsip dari interpolasi ini adalah segitiga sebangun
                                                                    (2)                               
 f(x’) = f (xo) + f (x1 – f (xo)  (x’ – xo)                                              (3)
                               x1 –xo

Interpolasi Kuadratik
Digunakan apabila tiga titik data teloah tersedia, maka dapat dilakukan polinomial orde dua.

F (x) = ao + a1+ a2x2                                                                              (4)                         
Dimana
ao=  bo + b1+ b2xox1                                                                                                       (5)
a1 = b1 + b2xo + b2x1                                                                                                       (6)
ao = b2                                                                                                   (7)

Dimana
bo= f (xo)                                                                                             (8)

b1 =                                                                        (9)                        
b2 =                                                          (10)

sehingga persamaan nya menjadi

    f (x1, xo) =                                                               (11)

Bentuk umum Polinomial Interpolasi Newton

Jumlah data n + 1                         persamaan interpolasi orde ke-n
fn(x) = bo+ b1 (x- xo) + …. + b(x- xo) (x- x1) … (x- xn-1)
Untuk suatu polinomial orde ke-n, diperlukan n+1 titik data xo, x1 , x2 , …. , xn. Dengan menggunakan titik-titik ini, persamaan berikut digunakan untuk mengevaluasi koefisien-koefisien.

bo =f (xo)                                                                                                         (12)
b1 =f (x1, xo)                                                                                                    (13)
b2 = f (x2, x1, xo)                                                                                              (14)
bn = f (xn1, xn-1, ………., x1, xo)                                                                       (15)

Dimana
ü  f (xo)      =  harga fungsi dari xo

ü  f (x1, xo) =                                                         (16)

Disebut sebagai diferensial terbagi hingga pertama   
F (xi, xj) =                                                            (17)

ü  f (x2, x1, xo) =                                                (18)
Disebut diperensial terbagi hingga kedua

f (xi, xj, xk) =                                             (19)

ü  f (xn1, xn-1, ……., x1, xo)= (20)
Disebut diferensial terbagi hingga ke n

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengumpulan Data

Tabel 3.1 Hasil pembacaan penentuan debit dengan menggunakan katup gelontor

Unit Beban
Debit Aliran Air
AlatPlambing
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
5
80
80
80
85
60
25
150
140
150
140
145
60
210
210
210
210
210
120
260
270
255
275
270
145
280
300
280
302
300
200
340
340
340
350
345
350
450
440
450
440
440
500
550
540
540
530
540
800
700
690
690
690
690
1000
800
770
790
790
780

Tabel 3.2 Hasil pembacaan penentuan debit dengan menggunakan tangki gelontor

Unit Beban
Debit Aliran Air
AlatPlambing
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
5
20
20
20
20
20
25
60
70
70
60
70
60
120
120
120
130
120
120
180
180
175
170
180
145
205
205
180
210
210
200
250
248
240
240
245
350
350
360
350
350
350
500
460
470
410
460
420
800
670
670
660
660
670
1000
780
790
790
780
800


3.2 Pengolahan Data

Tabel 3.3 Hasil Rata-rata pembacaan penentuan debit

Unit Beban
Debit Aliran Air
AlatPlambing
KatupGelontor
TangkiGelontor
5
77
20
25
145
66
60
210
122
120
266
177
145
292
202
200
343
245
350
444
352
500
540
444
800
692
666
1000
786
788

Tabel3.4 perhitungan pembacaan grafik penentuan debit dengan menggunakan katup penggelontor dengan menggunakan Metode Interpolasi Polinomial.
i
x
f(x)
pertama
kedua
ketiga
0
5
77
1.36410
-0.00143
0.00000123
1
200
343
0.65667
-0.00021

2
500
540
0.49200


3
1000
786




Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diperoleh persamaan yaitu
f3(x) = 77+ 1.36410 ( x-5 ) - 0.00143 ( x-5 ) ( x-200 ) + 0.00000123 ( x-5 ) ( x- 200 ) (x- 500 )

Tabel3.5 perhitungan pembacaan grafik penentuan debit dengan menggunakan tangki penggelontor dengan menggunakan Metode Interpolasi Polinomial.
i
x
f(x)
pertama
kedua
ketiga
0
5
20
1.15385
-0.00099
0.00000103
1
200
245
0.66333
0.000031

2
500
444
0.68800


3
1000
788




Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat diperoleh persamaan yaitu
f3(x) = 20+ 1.15385 ( x-5 ) - 0.00099 ( x-5 ) ( x-200 ) + 0.00000103 ( x-5 ) ( x- 200 ) (x- 500)


3.3 Validasi Data
Tabel3.6 Perbandingan hasil pembacaan grafik dan penggunaan formulasi dalam penentuan debit dengan menggunakan katup gelontor
Unit BebanAlat
Debit Aliran Air
Plambing
Grafik
Formulasi
5
77
77
25
145
111
60
210
167
120
266
251
145
292
282
200
343
343
350
444
464
500
540
540
800
692
655
1000
786
786

Grafik 3.1Perbandingan hasil pembacaan grafik dan penggunaan formulasi dalam penentuan debit aliran air dengan menggunakan katup gelontor
Tabel3.6 Perbandingan hasil pembacaan grafik dan penggunaan formulasi dalam penentuan debit dengan menggunakan tangki gelontor
Unit BebanAlat
Debit Aliran Air
Plambing
Grafik
Formulasi
5
20
20
25
66
48
60
122
95
120
177
165
145
202
192
200
245
245
350
352
359
500
444
444
800
666
612
1000
788
790
Grafik 3.2 Perbandingan hasil pembacaan grafik dan penggunaan formulasi dalam penentuan debit aliran air dengan menggunakan tangki gelontor
3.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan didapatkan suatu formulasi yang dapat digunakan dalam menentukan debit aliran air pada system plambing air bersih baik yang menggunakan tangki gelontor maupun katup gelontor. Formulasi f3(x) = 77+ 1.36410 ( x-5 ) - 0.00143 ( x-5 ) ( x-200 ) + 0.00000123 ( x-5 ) ( x- 200)(x- 500) digunakan untuk menentukan debit aliran air dengan menggunakan katup gelontor. Sedangkan formulasi f3(x) = 20+ 1.15385 ( x-5 ) - 0.00099 ( x-5 ) ( x-200 ) + 0.00000103 ( x-5 ) ( x- 200 ) (x- 500) digunakan untuk menentukan debit aliran air dengan menggunakan tangki gelontor. Setelah dilakukan validasi dengan cara membandingkan hasil pembacaan grafik dan penggunaan formulasi dalam penentuan debit aliran, terlihat bahwa grafik perbandingan tersebut tampak serupa, sehingga dapat disimpulkan bahwa formulasi tersebut dapat digunakan dalam penentuan debit aliran air pada system plambing air bersih.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa
a.       f3(x) = 77+ 1.36410 ( x-5 ) - 0.00143 ( x-5 ) ( x-200 ) + 0.00000123 ( x-5 ) ( x- 200 ) (x- 500) digunakan untuk menentukan debit aliran air dengan menggunakan katup gelontor.
b.      f3(x) = 20+ 1.15385 ( x-5 ) - 0.00099 ( x-5 ) ( x-200 ) + 0.00000103 ( x-5 ) ( x- 200 ) (x- 500) digunakan untuk menentukan debit aliran air dengan menggunakan tangki gelontor.
c.       Formulasi tersebut dapat digunakan dalam penentuan debit aliran air pada system plambing air bersih.

5. DAFTAR PUSTAKA

Noerbambang Moh. Soufyan & Morimura. “Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing”. Pradya Paramia, Jakarta,1993.
Rinaldi Munir, “Metode Numerik ”, CV.INFORMATIKA, Bandung, 2003





Tidak ada komentar:

Posting Komentar