Wilayah Administrasi
Kota Bandung memiliki
luas wilayah 167,45 Km yang terbagi menjadi 30 kecamatan, 139 Kelurahan, 1.494
Rukun Warga dan 4.9.205 Rukun Tetangga.
Adapun batas-batas
administratif Kota Bandung, sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung.
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Terusan
Pasteur Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Selatan dan Kota Cimahi.
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Dayeuh Kolot, Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
2.2.2 Letak Geografis Kota Bandung
Secara
geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota
Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 1070 – 430
Bintang Timur dan 60 00 – 60 20 Lintang Selatan.
2.2.3 Keadaan Topografis
Kota Bandung terletak
pada ketinggian 768 Meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah
Utara dengan ketinggian 1.050 Meter dan terendah di sebelah Selatan adalah 675
Meter di atas permukaan laut. Kota Bandung di bagian Selatan permukaan tanah
relative datar, sedangkan di wilayah Kota Bandung bagian Utara berbukit-bukit,
sehingga merupakan panorama yang indah (BPS Kota Bandung, 2012).
2.2.4 Kondisi Geologi dan Hidrologi
2.2.5
Iklim
Iklim
asli kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca yang
terbentuk sejuk dan lembab. Temperatur rata-rata yaitu 23,3 oC dan mencapai suhu tertinggi yaitu pada bulan
April yaitu 30,2 oC. Curah hujan rata-rata di Kota Bandung yaitu 322,4 mm (BPS Kota
Bandung,2012).
2.3
Keadaan Sosial Ekonomi Daerah
2.3.1
Kepadatan Penduduk
Penduduk
Kota Bandung berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
Kota Bandung pada tahun 2011 adalah 2.420.146 jiwa.
Tabel 2.1 Jumlah penduduk Kota Bandung
pada tahun 2011
No
|
Kecamatan
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Laki-laki dan Perempuan
|
1
|
BANDUNG KULON
|
70,858
|
69,564
|
140,422
|
2
|
BABAKAN CIPARAY
|
74,528
|
70,459
|
144,987
|
3
|
BOJONGLOA KALER
|
61,093
|
57,628
|
118,721
|
4
|
BOJONGLOA KIDUL
|
42,646
|
40,864
|
83,510
|
5
|
ASTANAANYAR
|
33,904
|
33,599
|
67,503
|
6
|
REGOL
|
40,099
|
40,043
|
80,142
|
7
|
LENGKONG
|
34,850
|
35,346
|
70,196
|
8
|
BANDUNG KIDUL
|
29,176
|
28,958
|
58,134
|
9
|
BUAHBATU
|
46,937
|
46,384
|
93,321
|
10
|
RANCASARI
|
36,821
|
36,513
|
73,334
|
11
|
GEDEBAGE
|
17,363
|
17,376
|
34,739
|
12
|
CIBIRU
|
34,808
|
33,469
|
67,277
|
13
|
PANYILEUKAN
|
19,306
|
18,868
|
38,174
|
14
|
UJUNG BERUNG
|
37,275
|
36,068
|
73,343
|
15
|
CINAMBO
|
12,246
|
11,741
|
23,987
|
16
|
ARCAMANIK
|
33,203
|
32,458
|
65,661
|
17
|
ANTAPANI
|
36,676
|
36,253
|
72,929
|
18
|
MANDALAJATI
|
31,351
|
30,254
|
61,605
|
19
|
KIARACONDONG
|
64,968
|
64,228
|
129,196
|
20
|
BATUNUNGGAL
|
59,115
|
57,940
|
117,055
|
21
|
SUMUR BANDUNG
|
17,356
|
17,270
|
34,626
|
22
|
ANDIR
|
48,501
|
46,936
|
95,437
|
23
|
CICENDO
|
49,070
|
48,487
|
97,557
|
24
|
BANDUNG WETAN
|
14,959
|
15,230
|
30,189
|
25
|
CIBEUNYING KIDUL
|
53,635
|
52,216
|
105,851
|
26
|
CIBEUNYING KALER
|
35,754
|
33,936
|
69,690
|
27
|
COBLONG
|
67,897
|
61,240
|
129,137
|
28
|
SUKAJADI
|
53,337
|
52,812
|
106,149
|
29
|
SUKASARI
|
40,105
|
40,122
|
80,227
|
30
|
CIDADAP
|
29,117
|
27,930
|
57,047
|
|
Jumlah
|
1,226,954
|
1,194,192
|
2,420,146
|
Sumber : BPS Kota Bandung, 2012
2.3.2
Keadaan Perekonomian
Berdasarkan hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010, di Kota Bandung tercatat sebanyak
1.079.477 orang atau sekitar 87,83% berstatus bekerja, meningkat dari tahun
sebelumnya yang hanya 86,71%. Tingkat pengangguran menunjukan tren menurun
setiap tahunnya. Pada tahun 2008 mencapai angka 15,27% kemudian menurun pada
tahun 2009 menjadi 13,29% dan tahun 2010 mencapai angka 12,17%. Menurunnya
tingkat pengangguran mengindikasikan semakin terbukanya kesempatan kerja di
Kota Bandung.
Jika dilihat mmenurut
lapangan usaha, maka penduduk yang bekerja di sektor perdagangan menempati
urutan pertama sebesar 36,5%, jasa-jasa sebesar 27,6% dan dari sektor industri
18,4%.
2.4
Fasilitas dan Utilitas Kota
2.4.1
Pemukiman
Kondisi
perumahan yang baik menjadi dambaan setiap penghuninya. Pada tahun 2010 di Kota
Bandung masih terdapat sekitar 25,78 % rumah tangga dengan luas lantai ≤ 20 m2.
Pada tahun 2010 rumah tangga dengan luas lantai bukan tanah sudah mencapai
95,05 %. Rumah tangga dengan rumah beratap genteng dan beton, pada tahun 2010
tercatat sebesar 94,70 % (BPS Kota Bandung, 2012).
2.4.2
Air Bersih
Air bersih merupakan
kebutuhan mutlak bagi manusia yang harus dipenuhi dan tidak bisa diganti dengan
yang lain. Air bersih bisa didapatkan dari ledeng, sumur, penampungan air
hujan, air kemasan dan lainnya.
Dari 564.783 keluarga 60,64% telah
diperiksa akses air bersihnya. Dari yang telah diperiksa 78,49% telah mengakses
air bersih dari berbagai sumber. Diantaranya melalui ledeng sebesar 35,6% dan
penampungan air hujan sebesar 0,04% (DinKes Kota Bandung, 2012).
2.4.3
Sanitasi Dasar
Pada
tahun 2010 dari 564.783 keluarga telah diperiksa sebanyak 307.215 keluarga
mengenai kepemilikan sanitasi dasar. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan
tersebut adalah 68,84% mempunyai jamban, 71,15% mempunyai tempat sampah dan
67,86% mempunyai saluran pembuangan air limbah. Dari jumlah tersebut kategori
sehat terhadap keluarga yang mempunyai jamban 69.13%, kategori sehat terhadap
sampah 68,05%, Kategori sehat terhadap saluran pembuangan 81,80% (DinKes Kota
Bandung, 2012).
2.4.4
Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan
yang paling banyak dikunjungi penduduk Kota Bandung adalah praktek dokter
mencapai 50,23%, menurun disbanding tahun sebelumnya. Tingginya angka berobat
ke prakrek dokter di Kota Bandung cukup menyebar di setiap wilayah. Penduduk
yang berobat ke puskesmas sebesar 29,36% dan 18,07% berobat kerumah sakit.
Penolong kelahiran
tertinggi Kota Bandung dilakukan oleh bidan sebesar 61,56%, kemudian oleh
dokter 30,28%. Tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan ibu
dan bayi mendorong masyarakat untuk membawa ibu yang akan melahirkan untuk
ditolong oleh tenaga medis.
Bab 2.2 Indikator Kesehatan Kota Bandung
Uraian
|
2009
|
2010
|
Tempat berobat (%)
|
||
Rumah Sakit
|
16,05
|
18,07
|
Praktek Dokter
|
51,69
|
50,32
|
Puskesmas
|
31,02
|
29,36
|
Petugas kesehatan
|
3,57
|
1,23
|
Batra dan lainnya
|
3,57
|
0,62
|
Penolong Kelahiran (%)
|
||
Dokter
|
28,91
|
26,72
|
Bidan
|
61,56
|
62,21
|
Tenaga medis lainnya
|
1,02
|
0,38
|
Dukun
|
8,11
|
9,16
|
Angka kematian Balita
|
8,90
|
|
Angka Kelahiran Balita
|
34,48
|
|
Sumber : Susenas
2.4.5
Sarana Pendidikan
Kemampuan membaca dan
menulis penduduk Kota Bandung sudah sangat baik, hal ini ditunjukan dengan
persentase angka melek huruf yang meningkat dari tahun ke tahun. AMH tahun 2009
sebesar 99,67% meningkat menjadi 99,69% di tahun 2010 atau hanya sekitar 0,31%
penduduk yang belum bisa baca tulis.
Capaian
di bidang pendidikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai. Daya tamping sekolah di Kota Bandung untuk tingkat SD
mencapai 302 orang, SMP 497 orang dan SMA 418 orang (BPS Kota Bandung, 2012).
2.4.6
Sistem Transportasi
Pengguna jalan raya di
Kota Bandung sebagian besar adalah kendaraan bermotor yang peningkatannya cukup
signifikan dari tahun ke tahun, namun sayangnya kurang diimbangi dengan
peningkatan panjang dan kualitas jalan itu sendiri. Peningkatan volume
kendaraan terbesar adalah sepeda motor yang meningkat dari 784.726 unit pada
tahun 2009 menjadi 2.044.151 unit pada tahun 2010, atau naik 160%, sehingga
memperparah kemacetan yang terjadi di Kota Bandung.
Selain
sepeda motor, angkutan travel juga mengalami pertumbuhan sejak tahun 2007 lalu
sebagai dampak dari pembukaan tol Cipularang. Moda angkutan lainnya yang cukup
dominan di Kota Bandung adalah angkutan udara, dimana peningkatan jumlah
penumpang setiap tahunnya cukup signifikan. Jumlah penumpang domestik dan
internasional dari Bandara Husein Sastranegara mengalami peningkatan sekitar
55%, yaitu dari 259.458 penumpang menjadi 403.416 penumpang di tahun 2010.
Peningkatan ini disebabkan adanya penambahan jumlah armadapesawat, pembukaan
rute baru, dan penambahan jadwal penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara.
Moda Transportasi
kereta api merupakan salah satu yang terkena dampak yang kurang menguntungkan
dari pembangunan jalur tol Cipularang. Namun dengan berbagai upaya dari PT KAI
seperti menurunkan tarif penumpang, meningkatkan kinerja PT KAI (BPS Kota
Bandung, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar